ETIKA
DALAM FUNGSI PERUSAHAAN
Disusun oleh :
Nama : Yolanda
Safitri
NPM : 17216797
Kelas : 3EA31
Etika Bisnis
Universitas Gunadarma
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagian
besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis tidak
perlu mengindahkan aturan-aturan, norma-norma serta nilai moral yang berlaku
dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis
harus memfokuskan diri untuk berusaha dengan berbagai macam cara dan upaya agar
bisa menang dalam persaingan bisnis yang ketat.
Dalam
bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan
tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan
aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan.
Namun,
anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan
dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu.
Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan
nilai moral yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan
ke dalam kegiatan bisnis.
Sebuah
perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada kinerja yang baik,
pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan teknologi yang
dimiliki, sarana dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus didasari
dengan etis dan etos bisnis yang baik. Dengan memperhatikan etos dan etis
bisnis yang baik maka kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tetap terjaga.
Hal ini tentunya membantu perusahaan dalam menciptakan citra bisnis yang baik
dan etis.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa manfaat etika
bisnis dalam perusahaan ?
2. Apakah bentuk
pelanggarannya jika sebuah perusahaan tidak menggunakan etika
didalam bisnisnya ?
3. Apakah faktor
penyebab perusahaan tidak menjalankan etika di dalam bisnisnya ?
4. Bagimana cara
mengatasi masalah tersebut ?
5. Apakah fungsi etika
bisnis berpengaruh terhadap perusahaan ?
1.3. Batasan
Masalah
Penulis
membatasi masalah dalam penulisan ini yang hanya mengenai fungsi dan manfaat etika
bisnis terhadap perusahaan serta faktor penyebab perusahaan yang tidak menerapkan
etika di alam bisnisnya dan pelanggaran apa yang akan diterima oleh perusahaan
tersebut jika tidak menerapkan etika di dalam bisnisnya.
1.4. Tujuan
Penulisan
1. Etika bisnis
bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara
baik dan etis.
2. Untuk menyadarkan
masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan
mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga
berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.
1.5. Manfaat
Penulisan
1. Bagi penulis :
Dapat membantu penulis
memperdalam materi yang diajarkan selama perkuliahan.
Dan menyelesaikan tugas
mata kuliah etika bisnis
2. Bagi pembaca :
Penulisan ini bisa
dijadikan salah satu acuan bagi penulis lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan
Teori
Kata
“Etika” itu berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat
istiadat. Etika bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika itu punya kaitan sama
nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan termasuk
juga semua kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain,
atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini :
·
O.P. Simorangkir : etika atau etik
sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
·
Sidi Gajalba : etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
·
Burhanudin Salam : etika adalah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
·
Griffin and Ebert (1999) : Etika Bisnis
(business ethics) merupakan penerapan etika secara umum terhadap perilaku
bisnis. Secara lebih khusus lagi makna etika bisnis menunjukkan perilaku etis
maupun tidak etis yang dilakukan manajer dan karyawan dari suatu organisasi
perusahaan.
·
Epstein (1989) : menyatakan etika bisnis
menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan
maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu, di mana
penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu
masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan
memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil
atau tidak serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak.
Etika
dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu
kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan
rasional mengenai :
·
Nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia
·
Masalah kehidupan manusia dengan
mendasarkan diri pada nilai dan norma moral yang umum diterima
2.2. Manfaat
etika bisnis dalam perusahaan
Etika pada dasarnya adalah standar atau
moral yang menyangkut benar-salah, baik -buruk. Dalam kerangka konsep etika
bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika
perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan,
karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan
karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan
lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Perilaku
etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya
antara perusahaan dan stakeholders, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan
keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan
pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Budaya
perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku
etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku, dan
sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya perilaku yang tidak etis.
Kebijakan
perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan
memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan.
Kebijakan perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode
Etik (Code of Conduct). Di tengah iklim keterbukaan dan globalisasi yang
membawa keragaman budaya, code of conduct memiliki peran yang semakin penting,
sebagai buffer dalam interaksi intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan dan
agama. Sebagai persemaian untuk menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim
etika dalam perusahaan. Iklim etika tercipta, jika dalam suatu perusahaan
terdapat kumpulan pengertian tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia
mekanisme yang memungkinkan permasalahan mengenai etika dapat diatasi.
Terdapat tiga faktor
utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan yaitu :
·
Pertama, terciptanya budaya perusahaan
secara baik.
·
Kedua, terbangunnya suatu kondisi
organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization).
·
ketiga, terbentuknya manajemen hubungan
antar pegawai.
Iklim
etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu
faktor kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi
dan kepentingan kelompok.
Penciptaan iklim etika
mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya dan ketekunan manajemen.
Dalam iklim etika, kepentingan stakeholders terakomodasi secara baik karena
dilandasi rasa saling percaya. Dengan demikian, ketika seorang atasan
memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah tindakan yang mereka
ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab atas tindakan itu jika
dia melakukannya. Atasan juga bertanggung jawab secara moral, karena fakta
atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakan tindakan yang salah tidak
mengubah fakta bahwa atasanmelakukannya. Manfaat perusahaan menerapkan etika
bisnis dalam hal ini adalah kinerja perusahaan yang akan bertambah baik dengan
didukung dengan karyawan/bawahan yang bermoral dan bertanggungjawab atas sikap
dan pekerjaannya serta menaati semua perintah atasan dengan baik. Dalam zaman
informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan
cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan
masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya
kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.
Adapun
manfaat perusahaan dalam menerapkan etika bisnis :
·
Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari
konsumen.
Perusahaan
yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan
merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
·
Citra perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan
produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.
·
Meningkatkan motivasi pekerja Karyawan
akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik
dimata perusahaan
·
Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan
mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk
menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
2.3. Beberapa
Prinsip Etika
·
Prinsip Otonomi (Sadar sendiri tentang
kebaikan)
·
Prinsip Kejujuran
·
Prinsip Keadilan
·
Prinsip Saling Menguntungkan
2.4. Etika
dalam lingkungan bisnis
Etika
Bisnis adalah merupakan rangkaian dasar etika yang harus diikuti apabila
menjalankan bisnis.
2.5. Jangkauan
Etika Bisnis
·
Etika bisnis sebagai etika profesi
membahas prinsip, kondisi dan masalah praktek etis.
·
Etika bisnis berfungsi menggugah
kesadaran moral pelaku bisnis agar berbisnis secara baik dan etis.
·
Etika bisnis sebagai acuan bagi pebisnis
agar berbisnis tidak merugikan konsumen, tenaga kerja dan masyarakat luas.
2.6. Hal-hal
Yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakan Etika Bisnis :
·
Pengendalian Diri; (Tdk menerima apapun)
·
Pengembangan tanggungjawab sosial;
·
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah
untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi;
·
Menciptakan persaingan yang sehat;
·
Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan“;
·
Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi);
·
Mampu menyatakan yang benar itu benar;
·
Menumbuhkan sikap saling percaya antara
golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah;
·
Konsekuen dan konsisten dengan aturan
main yang telah disepakati bersama;
·
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati;
·
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang
dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan;
2.7. Masalah
etika dalam bisnis
·
Suap (Bribery),
·
Paksaan (Coercion),
·
Penipuan (Deception),
·
Pencurian (Theft),
·
Diskriminasi tidak jelas (Unfair
discrimination)
2.8. Pengertian
Bisnis
Bisnis
dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan
institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-hari.
“Bisnis sebagai suatu
sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat”.(bussinessis then simply a system that produces goods and service
to satisfy the needs of our society)”[Huat, T Chwee,1990]
“Bisnis merupakan suatu
organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan”[Griffin & Ebert]
Dari pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa :
Bisnis adalah kegiatan
yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan
nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of good and
service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui
transaksi.
2.9. Aspek
- Aspek Bisnis:
·
Kegiatan individu dan kelompok
·
Penciptaan nilai
·
Penciptaan barang dan jasa
·
Keuntungan melalui transaksi
2.10. Fungsi
Bisnis
Fungsi bisnis dilihat
dari kepentingan mikroekonomi dan makroekonomi
A. Fungsi
Mikro Bisnis
Kontribusi terhadap pihakyang
berperan langsung
·
Pekerja/ Karyawan
Pekerja
menginginkan gaji yang layak dari hasil kerjanya sementara manajer menginginkan
kinerja yang tinggi yang ditunjukkan besarnya omzet penjualan dan laba.
·
Dewan Komisaris
Memantau
kegiatan dan mengawasi manajemen, memastikan kegiatan akan berjalan mencapai
tujuan.
·
Pemegang Saham
Pemegang
saham memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu terhadap perusahaan.
B. Fungsi
Makro Bisnis
Kontribusi terhadap
pihak yang terlibat secara tidak langsung
·
Masyarakat sekitar perusahaan
Memberikan
kontribusi kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan
·
Bangsa dan Negara
Tanggungjawab
kepada bangsa dan negara yang diwujudkan dalam bentuk kewajiban membayar pajak.
2.11. Faktor
Penyebab Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Didalam Bisnisnya
Berbagai
penyebab atau permasalahan etika bisnis di perusahaan dapat muncul dalam berbagai
macam alas an dan berbagai macam bentuk. Identifikasi terhadap berbagai faktor
yang umum ditemui sebagai penyebab munculnya penyebab atau permasalahan etika
di perusahaan, merupakan suatu langkah penting untuk meminimalkan pengaruh
penyebab atau masalah etika bisnis terhadap kinerja perusahaan. Sedikitnya ada
empat faktor yang pada umumnya menjadi penyebab timbulnya masalah etika bisnis
di perusahaan, yaitu Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain
and Selfish Interest), Tekanan Persaingan Terhadap Laba Perusahaan (Competitive
Pressure on Profits), Pertentangan antara Tujuan Perusahaan dengan Perorangan
(Business Goals versus Personal Values) yang berikut akan diurai pengertian
dari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah etika didalam bisnis pada sebuah
perusahaan.
a. Mengejar
Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest).
Sikap serakah dapat mengakibatkan
masalah etika bisnis. Perusahaan kadang-kadang mempekerjakan karyawan yang
memiliki nilai-nilai pribadi tidak layak. Para pekerja ini akan menempatkan
kepentingannya untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan lainnya meski pun
dalam melakukan akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan pekerja lainnya,
perusahaan, dan masyarakat.
b.
Tekanan Persaingan terhadap Laba
Perusahaan (Competitive Pressure on profits)
Ketika
perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat keras, perusahaan sering
kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak etis untuk melindungi
tingkat proftabilitas mereka. Berbagai perusahaan makanan dan minuman di
Indonesia di tengarai menggunakan bahan pewarna makanan dan minuman yang tidak
aman untuk di konsumsi manusia tetapi harganya murah, agar mereka dapat menekan
biaya produksi dan mendapatkan harga jual produk yang rendah. Bahkan industri
makanan berani menggunakan formalin yang merupakan bahan pengawet mayat sebagai
pengawet makanan.
c.
Pertentangan antara Nilai-Nilai
Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals versus Personal Values)
Masalah
etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak mencapai tujuan-tujuan
tertentu atau menggunakan metode-metode baru yang tidak dapat diterima oleh
para pekerjanya.
2.12. Cara
Mengatasi Perusahaan Yang Tidak Menerapkan Etika didalam Bisnisnya
Dalam
etika bisnis apabila perilaku mencegah pihak lain menderita kerugian dipandang
sebagai perilaku yang etis, maka perusahaan yang menarik kembali produknya yang
memiliki cacat produksi dan dapat membahayakan keselamatan konsumen, dapat
dipandang sebagai perusahaan yang melakukan perilaku etis dan bermoral.
Pada
dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya
perilaku etis yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh
sebuah perusahaan bukanlah salah satu penghambat perusahaan untuk dapat
berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan untuk dipandang oleh masyarakat
bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis adalah sebagai
perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral.
Setidaknya
terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya
secara etis yang akan dirangkum sebagai berikut :
a) Meningkatnya
harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.
Perusahaan
yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami
sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat
memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act,
atau yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006), setelah Kongres menemukan
berbagai kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom.
Manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran
oknum-oknum Arthur Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron
secara sengaja menyembunyikan fakta-fakta keuangan. Belajar dari kasus ini,
kongres menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru ini menutupi
berbagai celah hukum, misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang
mengaudit perusahaan melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang
sama. Undang-undang juga menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang
diberi nama Public Company Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan akuntan.
b)
Penerapan etika bisnis mencegah agar
perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan stakeholders
lainnya.
Sebagai
contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak
profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi
Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan
volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya
sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar
tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
c)
Penerapan etika bisnis di perusahaan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai
contoh, sebuah studi yang dilakukan DePaul University menunjukkan bahwa
“terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pengendalian perusahaan
yang menekankan pada penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu
sisi dengan kinerja keuangan yang baik di sisi lain”. Dalam kasus lain,
penerapan etika bisnis di perusahaan terhadap para manajer dan karyawan
perusahaan berupa larangan minum alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan
biaya kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja.
d)
Penerapan etika bisnis seperti
kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat meningkatkan kualitas
hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan hubungan bisnis.
Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak yang
terlibat hubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu
pihak tidak dapat dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan
diabaikan oleh mitra bisnisnya bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.
e)
Penerapan etika bisnis agar perusahaan
terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang
bertindak tidak etis.
Sebagai
contoh, kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan pemilik dan pimpinan
perusahaan merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan perusahaan dibanding
faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang dilakukan pesaing
luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat merugikan perusahaan
domestik.
f)
Penerapan etika bisnis perusahaan secara
baik di dalam suatu perusahaan dapat menghindarkan terjadinya pelanggaran
hak-hak pekerja oleh pemberi kerja.
Contohnya,
perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila di dalam perusahaan terjadi
diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial. Perusahaan
juga dianggap berlaku tidak etis apabila perusahaan tidak memberikan kesempatan
kemajuan karier yang sama kepada tenaga kerja yang ada di perusahaan hanya
karena terdapat perbedaan ras antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya.
g)
Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis
dalam menjalankan usahanya, untuk mencegah agar perusahaan (yang diwakili para
pimpinannya) tidak memperoleh sanksi hukum karena telah menjalankan bisnis
secara tidak etis.
Beberapa
alasan diatas dapat mewakilkan banyak perusahaan yang masih menerapkan etika
didalam perusahaan bisnisnya karena selain menjadikan perusahaan tersebut
menjadi perusahaan yang etis dan bermoral alasan lainnya adalah agar perusahaan
tidak menelan kerugian dan mendapatkan pelanggaran-pelanggaran karena tidak
menjalankan bisnis secara etis dan melanggar hak-hak pekerja oleh pemberi
pekerja. Sehingga alasan-alasan tersebut dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada perusahaan-perusahaan bisnis lainnya yang belum menerapkan
etika didalam perusahaan bisnisnya.
2.13. Pelanggaran
Yang Akan Diterima Jika Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Didalam Bisnisnya
Pelanggaran
etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih
keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang berbunyi “Pelaku
usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender adalah tawaran
mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan
barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu
sendiri adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan
maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya,
membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan, menciptakan persaingan semu,
menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan, tidak menolak
melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta
tender tertentu, pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau
pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang
mengikuti tender, dengan cara melawan hukum.
Hal
diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan yang tidak
menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur kecurangan. Hal lain
yang menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang tidak menerapkan etika
didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang melakukan pelanggaran Pedoman
Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris
dan Direksi, berpedoman pada anggaran dasar perusahaan dan keputusan RUPS.
Sedangkan pengenaan sanksi terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan
kesepakatan dalam Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian
yang berlaku. Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai
tanpa disertai dengan bukti-bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Dari
contoh pelanggaran diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang menjadikan
perusahaan untuk menerapkan etika di dalam bisnisnya bukanlah dari perusahaan
itu sendiri melainkan adanya kejujuran dari para pegawai yang bekerja di
perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang damai serta
menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang menerapkan etika didalam
bisnisnya.
2.14. Fungsi
Etika Bisnis Terhadap Perusahaan
Setelah
mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan
bisnis, tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap
kemajuan perusahaan itu sendiri. Permasalahan etika bisnis yang terjadi di
perusahaan bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan
lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam
berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki
masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika
bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis
di bidang akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics), produksi
dan pemasaran (production and marketing ethics), sumber daya manusia (human
resources ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics) yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ø Etika
Bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)
Fungsi
akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan demikian
kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi merupakan
syarat mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu praktik
akuntansi yang dianggap tidak etis misalnya penyusunan laporan keuangan yang
berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda dengan tujuan memperoleh keuntungan
dari penyusunan laporan keuangan seperti itu. Dalam realita kegiatan bisnis
sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun laporan keuangan yang berbeda
untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal perusahaan,
laporan keuangan untuk bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak. Dengan
melakukan praktik ini, bagian akuntansi perusahaan secara sengaja memanipulasi
data dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan palsu
tersebut.
Ø Etika
bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)
Skandal
keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara
tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran
etika bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik
window dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan mengajukan
pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki
rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit.
Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti
yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain
pelanggaran etika keuangan misalnya melalui penggelembungan nilai agunan
perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan
kredit yang sesungguhnya.
Ø Etika
bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics).
Hubungan
yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan berbagai
permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi
konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan,
pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan
yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha.
Antara
lain, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang :
1.
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.
tidak sesuai dengan berat bersih, isi
bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam
label atau etiket barang tersebut.
3.
tidak sesuai dengan ukuran, takaran,
timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4.
tidak sesuai dengan kondisi, jaminan,
keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
Ø Etika
Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah
satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era
1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang
dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan
terhadap wilayah privasi seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses
terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi e-commerce, perlindungan
hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik, dan hak kekayaan
intelektual.
BAB III
ANALISIS
3.1. Analisis
Ada
beberapa kesimpulan yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan
mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini. Karena
memperoleh keuntungan dari etika menjadikan penentu perusahaan tersebut untuk
bertahan atau tidaknya. Meraup keuntungan dari hasil yang tidak menerapkan
etika bisnis dalam perusahaan dan tidak adanya kejujuran dari para pegawai
perusahaan tersebut menjadi faktor penyebab terjadinya ke pailitan atau
kebangkrutan perusahaan tersebut karena tidak menerapkan etika didalam bisnis.
Dengan
kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan
untuk dibicarakan. mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari
keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan
bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu
perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait
dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
3.2. Saran
Perlu
adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang
terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau
hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga
etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan
tersebut.
REFERENSI